Sekolah adalah tempat bagi setiap anak belajar secara formal untuk mendapatkan layanan pendidikan sebagai bekal bagi mereka dalam menghadapi masa depannya. Setiap anak menginginkan mereka dapat diterima dan menjadi bagian dari komunitas di sekolah, keluarga dan masyarakat. Bagaimana dengan teman-teman yang berkebutuhan khusus atau yang biasa kita kenal dengan nama Difabel? Apakah hak-hak mereka sudah terpenuhi? Mari kita tengok disekitar kita, khususnya di kota kita tercinta, Kota Kebumen. Banyak dari saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus yang belum bisa merasakan nikmatnya memakai seragam sekolah, bagaimana senangnya bermain dengan teman sebayanya. Banyak hal yang membuat saudara kita menjadi semakin terpuruk dalam kesendiriannya. Orang tua yang malu mempunyai anak difabel, masyarakat yang masih memandang sebelah mata, bahkan perhatian pemerintah yang masih kecil dalam memberikan pelayanan dalam akses pendidikan, pekerjaan dan hal-hal yang lain. Hal apa yang bisa kita lakukan? Mulailah dengan merubah pola pikir kita, cara pandang kita dalam melihat saudara-saudara kita yang mempunyai kebutuhan khusus (difabel). cara pandang yang melihat mereka SETARA dengan kita. Setara dalam hal apapun, pendidikan, pekerjaan, berkumpul dan lain-lain. 
“Hargailah mereka sebagai makhluk Tuhan yang sempurna”

 seperti diatas, adalah selebaran yang diberikan kepada warga kebumen yang menikmati minggu pagi (17/5) di CFD (car free day) di Alun-alun Kebumen. acara ini dilaksanakan sebagai rangkaian acara peresmian Rumah Inklusif - Rumah Ramah Difabel pada hari sebelumnya.

Setelah melakukan longmarch mengitari Alun-Alun, para peserta longmarch membuat sebuah lingkaran dan belajar BISINDO, saling belajar bahasa isyarat indonesia.